Survey Calon lokasi Demplot RIK Pengembangan Bawang Putih di Bali.

Denpasar - Bali saat ini dilaporkan masih kekurangan pasokan bawang putih sekitar 7.604 ton per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bali sendiri. Terkait dengan permasalahan tersebut menurut kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, Dr. I Made Rai Yasa, MP,. tahun 2021 ini BPTP Bali telah mengajukan permohonan untuk menjadikan Bali sebagai salah calon lokasi kegiatan RIK (Riset Inovatif Kolaboratif) yang digagas dan dilaksanakan pada kepemimpinan Dr. Ir. Fadjry Djufry sebagai Kepala Badan Litbang Pertanian-Kementerian Pertanian.


Sebagai tindak lanjutnya, hari Senin (9/3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura menugaskan Kepala Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Dr. Hermanto, Dr. Yusuf dan Dr. Bagus Kukuh Udiarto bersama tim lainya turun langsung kelapangan makukan survey lapangan tepatnya di Desa Babahan dan Desa Jati Luwih Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan yang menjadi calon lokasi RIK Bawang Putih. Dalam survey yang dilaksanakan tim Balitsa ini didampingi langsung oleh kepala BPTP Bali serta Kepala dinas Pertanian Kabupaten Tabanan dan jajaran, hari Senin dan Selasa (8-9/3).


Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan Ir. I Nyoman Budana, MSi, mengatakan bahwa rencana awalnya dilokasi akan dikembangkan bawang putih seluas 100 ha oleh Ditjen Hortikultura. Namun menurutnya karena adanya refocusing anggaran, akhirnya luasan yang dibantu seluas menjadi 50 Ha. Budana juga mengharapkan kegiatan RIK bawang putih yang akan dilaksanakan Balitbangtan melalui Balitsa nantinya dapat menjadi percontohan pengembangan bawang putih khususnya di lokasi pengembagan dan sekitarnya. ”saat ini produktivitas bawang putih baru berkisar 16 ton/ha saja, sedangkan varietas yang ditanam sebelumnya antara lain Varetas Lokal, dan Lumbu Hijau” jelasnya menambahkan.


Semetara itu menurut pengurus subak di Desa Babahan dan di Jati Luwih, jadwal tanam bawang putih di wilayah ini adalah sekitar bulan Juni dan panen sekitar bulan September dengan potensi luas mencapai 528 ha. Mereka juga menyampaikan bahwa kebanyakan petani menanam bawang putih tanpa olah tanah. Benih yang ditanam adalah benih dari bantuan dinas pertanian dan benih lokal. “Bawang putih ditanam pada bekas lubang tanaman padi dengan jarak tanam tergantung jarak tanam padi sebelumnya, yaitu sekitar 20 x 24 cm dengan jumlah benih sebanyak tiga (3) siung perlubang. Permasalahannya, umbi bawang putih yang dihasilkan relatif kecil jadi kalah bersaing dengan bawang putih impor” jelasnya.


Pengurus subak juga menyebutkan bahwa pada tahun 1980-an, Bapak Ir. Wardoyo Menteri Pertanian di era tahun tersebut pernah melaksanakan panen bawang putih di Desa Babahan. Di sebutkan juga bahwa di daerah ini memiliki varietas lokal yang genjah yaitu “Kesuna Kayu” yang umur panennya 15 hari mendahului panen bawang putih lainnya dan dengan aroma yang sangat baik. Mereka berharap pelaksanaan RIK bisa dilaksanakan di Bali untuk mendukung kembali kejayaan bawang putih di Kecamatan Penebel.


Setelah melaksanakan survey Kepala Balitsa menyampaikan bahwa mereka rencanaya akan membuat demplot RIK seluas 6-7 ha dengan inovasi hasil Badan Litbang Pertanian dengan varietas antara lain Lumbu Hijau, Tawang Mangu 1, dan lainnya. Disebutkan juga Kecamatan Penebel khususnya Desa Babahan dan Desa Jati Luwih memiliki beberapa keunggulan untuk lokasi RIK antara lain ketersediaan air yang melimpah sepanjang tahun, petani yang sangat responsif dan terbiasa menanam bawang merah, ketinggian yang cukup memadai antara 600-800 meter, walaupun idealnya adalah lebih tinggi dari 1.000 mdpl. “Apabila RIK bisa dilaksanakan di lokasi ini, ditargetkan produktivitas minimal mencapai 20 ton/ha, umbi lebih besar mendekati bawang impor sehingga mudah dipasarkan” jelasnya.