Pengembangan Simantri di Bali

Bali Mandara (Maju, Aman, Damai dan Sejahtera) merupakan visi yang ditetapkan oleh Pemda Bali, mulai tahun 2008.  Untuk menjawab visi tersebut dalam bidang pertanian Pemda Bali mulai tahun 2009 mengadopsi Prima Tani setelah didahului oleh presentasi BPTP Bali di depan Gubernur dan kujungan lapang Gubernur ke lokasi Prima Tani. Hal ini sejalan dengan skenario Prima Tani yaitu build-operate-transfer, dimana pada tahun kelima program diharapkan sudah dapat diterima oleh stakeholders (exit strategy).

Adopsi model Prima Tani Gubernur Bali ditindaklanjuti dengan nota kesepahaman (MoU) antara Badan Litbang Pertanian dengan Pemda Bali No:075/12/KB/B.PEM/2009 dan No:680/HM.240/I.10/09 pada tanggal 28 Oktober 2009 dengan tindak lanjut pengembangan model pertanian terintegrasi secara berkelanjutan. Untuk meningkatkan dukungan Pemda Tingkat II ditindaklanjuti dengan MoU antara gubernur dengan bupati se Bali, sehingga dalam pembangunan pertanian diharapkan terjadi sinergi.

Sistem pertanian terintegrasi (Simantri) merupakan sistem pertanian dengan mengoptimalkan semua potensi sumberdaya lokal yang ada dengan orientasi pada kegiatan usahatani bebas limbah (zero waste). Pada pelaksanaannya diharapkan mampu menumbuhkan integrasi horizontal dan vertikal sehingga diharapkan mampu memberikan keuntungan antara lain peningkatan produktivitas usahatani, peningkatan efisiensi, peningkatan nilai tambah (added value) yang akhirnya mampu memberikan peningkatan pendapatan petani.

Pengembangan program Sistem Pertanian Terintegrasi dilakukan mulai tahun 2009 pada 10 lokasi yang dibiayai dari anggaran perubahan.  Pengembangan diarahkan pada model percontohan dengan dana kurang lebih 200 juta dalam bentuk bansos di setiap lokasi (1 gapoktan).  Pemanfaatan dana bansos dilengkapi dengan perangkat juklak dan juknis yang telah disiapkan dengan alokasi dana sebagian besar untuk pengadaan ternak sapi Bali betina (masing-masing 20 ekor), kandang koloni, rumah pengolahan kompos, instalasi bio urin, rumah pakan dan rumah pakan (gudang awetan pakan), sedangkan sebagian kecil dana dimanfaatkan untuk pengadaan benih/bibit tanaman pangan, perkebunan serta pada beberapa lokasi yang memiliki potensi perikanan dana juga dimanfaatkan untuk pembuatan kolam dan pembelian benih ikan.