Perangkap Kuning Untuk Mengendalikan Vektor CVPD pada Jeruk

Category: Info Teknologi Written by Putu Sweken Elizabeth, SP

Perangkap kuning merupakan perangkap untuk menangkap Organisme Pengganggu Tanaman yang terbuat dari plastic/scot light berwarna kuning yang dilapisi lem. Perangkap banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai jenis OPT. Bisa dimanfaatkan pada pertanaman cabe, bawang, mangga, jeruk dan lainnya. Pada tanaman jeruk dapat dimanfaatkan untuk menangkap Diaphorina citri atau kutu loncat yang merupakan vector dari penyakit Citrus Vein Ploem Degeneration (CVPD) pada jeruk. Penyakit CVPD tergolong salah satu penyakit pada tanaman jeruk yang telah berkembang di Bali dan menjadi salah satu kendala utama usaha budidaya jeruk.

Bahan yang diperlukan untuk membuat perangkap kuning adalah paralon 4 dim yang dipotong-potong sepanjang 25-30 cm, scot light berwarna kuning yang mempunyai panjang gelombang ± 450 nm berukuran panjang x lebar : 30,2 cm x 20 cm dan plastik transparan berukuran folio. Bagian atas dan bawah potongan paralon dicat warna hitam atau scot light hitam setinggi ± 3 cm dengan maksud agar lebih kontras. Lem khusus yang digunakan yaitu ‘tangle trap’ biasanya tidak berbau dan tidak kering walaupun terkena sinar matahari. Karena relatif mahal harganya dan sulit diperoleh di toko pertanian, dapat diganti dengan lem tikus atau vaselin.  

Kertas Scot light kuning direkatkan melingkar pada paralon dan bisa digunakan hingga warnanya mulai memudar. Plastik transparan (bisa menggunakan botol air mineral bekas) yang telah dilapisi lem perangkap ‘tangle-trap’ atau lem tikus, kemudian dipasang melingkar menutupi ‘ scot light’ kuning yang telah terpasang sebelumnya dengan bagian yang dilapisi lem menghadap keluar; dan selanjutnya dikait dengan klip. Perangkap kuning yang telah jadi dapat dipasang di lapang dengan menggantungkan pada tiang dalam posisi berdiri diantara pohon-pohon jeruk setinggi setengah tajuk tanaman. Dalam satu hektar kebun jeruk diperlukan 15 – 20 perangkap kuning yang dipasang menyebar di kebun.

Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu tergantung jumlah populasi D. citri  di lapang dengan mengambil plastik transparan dan ditutupi atau dilapisi dengan plastik tipis. Pada saat yang sama plastik transparan berlem yang baru, dapat dipasang untuk periode pengamatan selanjutnya. Pengalaman BPTP Bali menunjukkan, bahwa yang tertangkap di perangkap kuning tidak hanya serangga penular CVPD tetapi juga aphids, thrips, tungau dan serangga lainnya.  Apabila dalam setiap periode pengamatan jumlah populasi D. citri atau serangga lain cukup banyak maka periode pengamatan dapat dipersingkat misalnya setiap seminggu sekali. Jika hasil pengamatan menunjukkan rata-rata jumlah serangga D. citri yang tertangkap di perangkap kuning mencapai di atas 5 ekor, maka kondisi populasinya di lapang mendesak untuk segera dilakukan pengendalian vektor CVPD tersebut.