Program Utama

Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Sapi Potong Di Provinsi Bali

Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014 dinyatakan bahwa target pembangunan peternakan sapi potong di Indonesia adalah dapat memenuhi 90 % kebutuhan daging sapi nasional dari produksi dalam negeri pada akhir tahun 2014. Impor daging sapi dan sapi bakalan dalam lima tahun terakhir ini masih relative tinggi. Pada tahun 2012 realisasi impor sapi bakalan sebanyak 297.462 ekor dan daging sapi sebesar 41.027 ton. Tahun 2013 impor daging sapi dan sapi bakalan meningkat menjadi daging sapi sebesar 55.840 ton, sapi bakalan sebanyak 312.628 ekor, dan sapi siap potong 94.949 ekor.

Tahun 2014 impor daging sapi dan sapi bakalan lebih meningkat lagi menjadi sapi bibit 3.794 ekor, sapi siap potong dan bakalan sebanyak 693.756 ekor, dan daging sebesar 85.284 ton (Cahyono, 2014). Dalam upaya mengatasi permasalahan ini Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian terus menyempurnakan dan melengkapi kebijakan, salah satu yang penting dalam Tahun 2015 ini adalah tersusunnya Masterplan Pengembangan Peternakan terutama Peternakan Sapi Potong di seluruh Provinsi di Indonesia.

Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Sapi Potong Di Provinsi Bali memiliki tujuan 1.) Melakukan Pendampingan Pengembangan Kawasan Sapi potong secara terintegrasi dengan menerapkan prinsip tata cara beternak yang baik. 2). Meningkatkan efisiensi dan nilai ekonomis usaha budidaya sapi Tujuan tahun 2017. 3). Mendiseminasikan teknologi pembibitan Indigofera sebagai hijauan pakan ternak di musim kemarau. 4). Mendiseminasikan paket teknologi Gertak Birahi pada induk sapi Induk sapi bali yang interval beranaknya panjang (14 bulan) di kawasan sapi potong.

Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Sapi Potong di sesuaíkan dengan Surat keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, tentang penetapan kelompok ternak penerima Propinsi Bali di bantuan pengembangan kawasan sapi potong, disajikan pada tabel 1 Tabel 1. Lokasi Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Sapi Potong di Propinsi Bali.

 

Sumber : Laporan Akhir Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Sapi Potong Di Provinsi Bali. BPTP Bali Tahun 2017. 

 

Kajian Dampak PTT Padi dan PSDS

Sebagai upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, pemerintah telah melaksanakan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan program tersebut adalah penerapan inovasi teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi (Badan Litbang Pertanian, 2008). Pengelolaan Tanaman Terpadu padi merupakan pendekatan budidaya padi dengan menggunakan padi varietas unggul baru (VUB), benih padi berlabel, pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman, dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan. Inovasi teknologi PTT padi tersebut telah diintroduksikan kepada petani padi melalui sekolah lapang, yang selanjutnya  dikenal dengan program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu  (SL-PTT) padi. Melalui kegiatan  SL-PTT padi diharapkan terjadi percepatan adopsi inovasi teknologi PTT padi oleh petani pelaksana (kooperator) SL-PTT padi dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni  SL-PTT kepada petani padi lain di sekitarnya.

Tujuan Penelitan adalah 1). Mengidentifikasi tingkat adopsi dan difusi inovasi teknologi PTT padi sawah di Bali serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2) Mengidentifikasi karakteristik inovasi teknologi pendukung Program Swasembada Daging Sapi di Bali. 3)Mengidentifikasi tingkat adopsi teknologi pendukung Program Swasembada Daging Sapi di Bali. 4)Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi PTT padi dan teknologi pendukung Program Swasembada Daging Sapi di Bali

Lokasi penelitian kegiatan Dampak Implementasi Inovasi Teknologi PTT padi Sawah adalah di Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Buleleng  yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan ketiga kabupaten tersebut sebagai lokasi kegiatan pendampingan PTT padi sawah ada tahun 2010 – 2014 dan  penghasil beras terbesar di Bali. Kegiatan Dampak Implementasi Inovasi Teknologi PSDS berlokasi di Kabupaten Buleleng dan Tabanan, yang ditentukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa kedua kabupaten tersebut merupakan wilayah dilaksanakannya kegiatan pendampingan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) di Provinsi Bali  tahun 2013-2014. Jangka waktu penelitian direncanakan selama 12 bulan, yaitu dari bulan Januari sampai dengan  Desember 2016

Manfaat Penelitian Dengan terlaksananya kegiatan ini diharapkan dapat mendukung : 1) Misi BPTP Bali sebagai mitra Pemda dalam pembangunan  pertanian di daerah Bali yang salah satu adalah untuk memberikan saran/masukan dalam penyusunan kebijaksanaan pembangunan pertanian di daerah Bali; 2) mendukung pelaksanaan  Program  Upaya Khusus (UPSUS) Padi; dan 3) Mendukung kebijakan Badan Litbang Pertanian dalam menginisiasi RPJM 2015 Kementerian Pertanian untuk dapat menjamin ketahanan pangan dan energi mendukung ketahanan nasional.

 

Keterangan lebih lanjut hubungi >>>

Pengkajian Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Produktivitas Babi

Lambatnya peningkatan  populasi babi di Bali  disebabkan oleh rendahnya minat masyarakat, khususnya peternak kecil ( Anon,2012). Kondisi ini tidak terlepas dari  seiring meningkatnya harga bahan-bahan  pakan mengingat biaya pakan hampir 70 % dari biaya produksi,  karena itu perlu upaya untuk mencari ransum alternatif yang lebih murah dan tersedia di lokasi dan penggunaan pakan tambahan  seperti probiotik agar peternak bisa memperoleh keuntungan yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong  upaya peningkatan populasi babi. Petani ternak di pedesaan cenderung memanfaatkan limbah dapur sebagai pakan ternak dalam upaya mengantisipasi meningkatnya harga pakan komersial untuk memperoleh sumber protein dan karbohidrat bagi ternaknya. Di Bali, khususnya di pedesaan pemanfaatan sumber pakan local  seperti daun ubi jalar, daun keladi, pelepah dan batang pisang sebagai pakan babi masih banyak dimanfaatkan sebagai pakan babi.

Penelitian yang dilakukan oleh Parwati dkk (2014) pada analisis usahatani penggemukkan ternak babi dengan pengaturan ransum, menunjukkan bahwa dengan pemberian Bio B kedalam ransum ternak babi sebanyak 2cc/liter air minum dapat meningkatkan efisiensi ransum dan secara ekonomis layak untuk dikembangkan. 

Tujuan penelitian 1) Menemukan Paket teknologi pemanfaatan tanaman bangun-bangun untuk meningkatkan produktivitas pada babi induk. 2) Menemukan Paket teknologi pemanfaatan tanaman ketela rambat untuk meningkatkan bobot badan ternak babi penggemukkan. 3) Meningkatkan pendapatan petani ternak babi >30%.

Kinerja Hasil Pengkajian diketahui Pemanfaatan umbi dan daun ketela rambat sebagai pakan pengganti jagung dan pengurangan konsentrat untuk pakan babi merupakan hal yang baru bagi petani, dimana selama ini pemanfaaatan umbi ubi jalar hanya sebagai makanan manusia. Dengan adanya pengkajian pemanfaatan umbi dan daun ketela rambat mampu menambah pengetahuan dan ketrampilan petani dalam berusahatani penggemukkan babi.

 

Keterangan lebih lanjut hubungi >>>

Pendampingan Komoditas Cabai

  • Justifikasi

Ditjen Hortikultura memberikan perhatian yang cukup besar pada cabai dan bawang merah karena kedua komoditas tersebut telah secara nyata berkontribusi pada terjadinya inflasi nasional (Ditjen Hortikultura, 2013). Target utama yang akan dicapai Direktorat Jendral Hortikultura adalah peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura dalam rangka mendukung peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor serta peningkatan kesejahteraan petani (Ditjen Hortikultura, 2010). Era pasar bebas menghendaki produk yang aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan dengan harga yang relatif murah (bersaing) (Ditjen Hortikultura, 2011).

 

Keterangan lebih lanjut hubungi >>>

Subcategories

Subcategories