Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Cabai Tahun 2019

Kawasan komoditas hortikultura salah satunya adalah komoditas cabai, khususnya komoditas cabai rawit yang dikembangkan di Provinsi Bali. Kawasan yang terpilih menjadi kawasan komoditas hortikultura cabai rawit di provinsi Bali yaitu kabupaten Klungkung dan kabupaten Buleleng yang dianggap mampu meningkatkan produksi dan produktivitas untuk memenuhi kebutuhan cabai. Salah satu pemecahan masalah pada usahatani cabai rawit di daerah kawasan adalah dengan menggunakan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) Cabai yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Adapun tujuan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai di kabupaten Klungkung yaitu: (1) meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani cabai, dan (2) meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi PTT cabai.

Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi kawasan komoditas cabai yang ditetapkan tahun 2019 yaitu Subak Penasan, Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Tahapan pelaksanaan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Cabai secara umum yaitu tahapan pelaksanaaan kegiatan pendampingan di lapangan dalam bentuk Demontrasi Plot (Demplot) seluas 30 are dan pelaksanaan Bimtek. Pengukuran produktivitas dan pendapatan diuhitung dengan cara mencatat hasil produksi dari panen awal sampai dengan panen akhir antara demplot teknologi PTT dan cara petani. Sedangkan pengukuran pengetahuan dan sikap petani diukur berdasarkan hasil penilaian sebelum melaksanakan bimtek dan sesudah melaksanakan bimtek.

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa Produktivitas cabai di lahan demplot dengan Teknologi PTT menghasilkan sebesar 5,92 ton yang lebih besar dengan cara petani diluar demplot yaitu sebesar 3,55 ton. Sedangkan tingkat pendapatan usahatani cabai per hektar dengan teknologi PTT menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 168.567.080,- yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa teknologi PTT yaitu sebesar Rp. 115.320.150,-. Tingkat pengetahuan petani mengenai teknologi PTT meningkat dari kategori tidak mengetahui (skor 2,00) menjadi kategori mengetahui (skor 3,40). Sedangkan sikap petani juga mengalami peningkatan yaitu dari kategori ragu-ragu (skor 3,10) menjadi setuju (skor 3,70).