Penglolaan Terpadu Budidaya Cabai Rawit

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala pada budidaya tanaman cabai rawit yaitu dengan menerapkan teknologi budidaya rendah input kimia dan teknologi budidaya konservasi yang diimplementasikan pada Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) cabai rawit.

Cabai rawit dibutuhkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Cabai rawit tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Volume peredarancabe rawit di pasaran cukup besar, hal ini mengakibatkan harga cabai rawit sangat berpluktuatif. Mengamati pluktuasi harga komoditas cabai rawit menjadi bagian yang sangat menarik. Pada waktu-waktu tertentu (perubahan musim dan hari raya) harga cabai dapat melonjak tajam dan pada saat produksi melimpah harga drastis turun.

Menurut Ditjen Bina Produksi Hortikultura  tahun 2010, Produksi cabai rawit di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan cabai nasional sehingga impor cabai masih diperlukan sekitar 16.000 ton per tahun. Sedangkan rata-rata produksi cabai nasional baru mencapai sekitar 4,35 t/ha, sedangkan potensinya dapat mencapai 10 – 20  t/ha. 

Pengelolaan Tanaman Terpadu merupakan suatu pendekatan budidaya tanaman yang berdasarkan pada keseimbangan ekonomi dan ekologi, dengan tujuan utamanya adalah meraih keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan, antara proses alami dan teknologi, dengan selalu mengingat keberlanjutan dari usahatani cabe.

Teknis Budidaya Cabai Rawit Dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu

Persemaian

Kebutuhan benih cabai rawit per hektar berkisar antara 100-125 gram. Bedengan persemaian dibuat arah utara selatan menghadap ketimur. Media semai dibuat dari campuran tanah dan kompos steril dengan perbandingan 1:1. Benih ditaburkan secara merata diatas media semai kemudian ditutup dengan tanah tipis, disiram dan ditutup dengan daun pisang. Daun pisang dibuka secara bertahap. Setelah umur semaian kurang lebih 7 hari, semain dipindahkan ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang yang diisi campuran dan kompos steril dengan perbandingan 1:1, dan dipilih bibit yang sehat dan pertumbuhannya bagus. Bibit berumur kurang lebih 30-35 hari setelah semai atau telah mempunyai 5-6 helai daun siap untuk dipindahkan kelapangan.

Penyiapan Lahan dan Penanaman

Apabila lahan yang hendak dipakai merupakan lahan kering atau tegal, maka tanah harus dibajak dan dicangkul sedalam 30-40 cm dan dibalik, kemudian bongkahan tanah dihaluskan dan sisa pertanam sebelumnya dibersihkan agar tidak menjadi sumber penyakit. Pembuatan bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 40-50 cm (disesuaikan dengan kondisi tanah saat hujan, agar kelengasan tanah terjaga namun tidak tergenang bila turun hujan) dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

Jarak antar bedeng kurang lebih 40-50 cm (disesuaikan dengan kemudahan pemeliharaan  dan agar draenasenya berlangsung dengan baik). Pemberian kapur pertanian (jika kondisi tanah terlalu masam) dilakukan pada saat pengolahan tanah, 2-3 minggu sebelum tanam, dengan cara ditaburkan tipis di permukaan tanah kemudian dicampur rata dengan tanah. Permukaan bedengan dibuat agak setengah lingkaran untuk mempermudah pemasangan mulsa. Pemberian pupuk kandang diberikan pada saat pengolahan tanah. Kemudian mulsa hitam perak dipasang.

Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman cabai rawit adalah 70 cm x 70 cm atau 60 cm x 70 cm. Pada jarak tanam yang telah ditentukan dibuat lubang tanam pada mulsa plastik dengan menggunakan kaleng yang dipanaskan. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 15-20 cm dan diameter 20-25 cm, dan dibiarkan satu malam baru keesokan harinya bibit ditanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan terdiri dari penyulaman, pemasangan ajir, penyiraman, pengaturan drainase, penyiangan, penggemburan, pemupukan. Penyulaman terhadap bibit yang mati maksimal 2 minggu setelah tanam. Pemasangan ajir berupa bilah bambu setinggi kurang lebih 1 meter di dekat tanaman. Penyiraman harus diperhatikan agar tanaman tidak kekeringan terutama pada musim kemarau. Pemberian mulsa hitam perak selain berfungsi untuk mengurangi populasi hama juga membantu menjaga kelembaban tanah. Pada musim penghujan pengaturan draenase harus diperhatikan agar lahan tidak tergenang air karena hal tersebut dapat meningkatkan serangan penyakit akibat kelembaban tinggi. Penyiangan terhadap gulma dilakukan pada umur tanaman 1 bulan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi kompetisi tanaman dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara.

Pemupukan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Kebutuhan pupuk meliputi pupuk kandang 10-30 ton/ ha, urea 200-300 kg/ ha, SP-36 200-300 kg/ ha dan KCL 150-25 kg/ ha. Pemberian pupuk kandang dan kapur pertanian dilakukan saat pembuatan bedengan. Pupuk buatan sebagai pupuk dasar diberikan dengan cara membuat larikan berjarak 25-30 cm dari tepi bedengan dan jarak antar larikan 70 cm, kemudian taburkan pupuk secara merata pada larikan tersebut. Pemberian pupuk dasar ini dilakukan sebelum pemasangan mulsa sebanyak setengah dosis. Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman berumur satu bulan, menggunakan sisa pupuk dasar. Pemupukan susulan ini bisa diberikan dengan cara dicor, setiap tanaman disiram dengan 150-250 ml larutan pupuk. Larutan pupuk dibuat dengan mengencerkan 1,5-3 kg pupuk buatan per 100 liter air. Karena tanaman cabai rawit merupakan tanaman tahunan yang masih dapat berproduksi sampai 2-3 tahun maka sebaiknya dilakukan pemupukan ulang sesuai kebutuhan agar produksinya terus bertahan.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Hama lalat buah dapat dikendalikan dengan  pemasangan perangkap lalat buah yang mengandung metil eugenol. Hama-hama pengisap seperti kutu daun, trips dan kutu kebul dapat dikendalikan dengan pemasangan mulsa plastik hitam perak dan juga pemasangan perangkap lalat kuning. Penyakit anthraknose dapat dikendalikan dengan penggunaan varietas tahan dan juga penggunaaan fungisida secara efektif. Apabila dalam mengendalikan OPT menggunakan pestisida, maka harus benar dalam pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval, dan waktu aplikasinya.

Panen dan Pasca Panen

Pada saat panen, buah yang rusak sebaiknya dimusnahkan, kemudian buah yang dipanen dimasukkan dalam karung jala dan kalau akan disimpan sebaiknya disimpat di tempat yang kering, sejuk dan sirkulasi udara yang baik.

 

Bahan Bacaan:

Direktur Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2010.  Statistik Hortikultura tahun 2010. Dirjen Hortikultura , Departemen Pertanian, Jakarta 125 hal.

Setiadi. N.J. 2008. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana. Jakarta

Setiawati, W. 2010.  Modul Pelatihan SL-PTT Cabai Merah – Bawang Merah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.