Fermentasi Kering Mampu Tingkatkan Mutu Kopi Arabika

Teknologi yang diintroduksikan kepada petani memang masih perlu pengembangan untuk mencapai tujuan yang maksimal. Namun, berdasarkan beberapa analisis yang dilakukan oleh peneliti BPTP Bali, kopi arabika kintamani varietas Ateng di Subak Abian Sabang memang memiliki potensi untuk menjadi kopi unggulan. Pasalnya, menurut peneliti BPTP Bali dari analisis volatile compounds kopi bubuk dengan perlakuan starter memiliki lebih dari 113 aromatic feature, nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan kopi olah basah biasa, dan hal ini terbukti dengan tingginya nilai cupping test, yang mana produk kopi dapat di klaim sebagai specialty coffee harus memiliki nilai cupping  test diatas 80.

Selasa (11/12) BPTP Bali melaksanakan kegiatan temu lapang pada lokasi kajian di Desa Belantih, Bangli. Pelaksanaan temu lapang menjadi tanda telah berakhirnya kegiatan penelitian dan pengkajian teknologi fermentasi kopi arabika yang dimulai sejak awal 2018 lalu. Kegiatan temu lapang dihadiri seluruh anggota Subak  Abian Sabang beserta perwakilan Dinas PKH Kab. Bangli, para PPL, Perbekel dan perangkat desa lainnya.

Menurut Dr. Wayan Trisnawati (Peneliti BPTP Bali), Kegiatan penelitian dan pengkajian introduksi teknologi fermentasi kopi arabika dengan cara kering menggunakan inokulan starter mikroorganisme tertentu yang telah di isolasi secara aseptis, bertujuan untuk untuk mengatasi masalah penggunaan air yang berlebihan yang biasa dilakukan untuk proses kopi olah basah. “dengan penggunaan starter proses fermentasi dapat berjalan optimal tanpa memerlukan banyak air seperti pada olah basah, namun mutu kualitas kopi akan sama. selain itu juga untuk meningkatkan mutu kopi seduhan” jelasnya.

Lebih lanjut Dr. Wayan Trisnawati menjelaskan bahwa salah satu hasil penelitian yang memberikan harapan besar pada para petani adalah hasil nilai cupping test yang tinggi dari kopi produksi mereka yaitu 83.98. Uji cita rasa cupping test ini merupakan uji standar yang dilakukan oleh panelis Q - Grader dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao – Jember.

Sementara itu perwakilan Dinas PKP Kab. Bangli, I Gusti Wayan Surtrarana mengharapkan keberlanjutan dari penelitian dan pengkajian di Subak Abian Sabang. Menurutnya pengkajian ini sudah sangat baik, dilakukan di lapangan, melibatkan petani kopi secara langsung, sehingga para petani sebagai produsen kopi tidak hanya dapat menjual kopi dalam bentuk cherry, namun juga dapat mulai belajar untuk mengolah. “Selain itu juga dapat meningkatkan daya jual kopi ke depanya” ujarnya.

Senada dengan sikap Dinas PKP Bangli, I Wayan Ranten sebagai Ketua Subak juga menginginkan bimbingan BPTP Bali lebih dalam lagi, karena menurutnya dengan adanya bantuan teknis teknologi petani menjadi semakin giat dalam melakukan proses pascapanen secara baik agar dapat meningkatkan kualitas kopinya, (sig).