Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Cabai tahun 2018

Produksi cabe rawit segar di Bali tahun 2012 sebesar 16,04 ribu ton mengalami penurunan sebesar 1,02 ribu ton dibandingkan tahun 2011. Hal ini disebabkan penurunan produktivitas sebesar 0,82 t/ha. Rendahnya produktivitas cabai yang diusahakan petani di Bali disebabkan karena adanya serangan hama penyakit dan penerapan teknologi budidaya yang belum optimal, bahkan masih konvensional. Salah satu pemecahan masalah pada usahatani cabai rawit di daerah kawasan adalah dengan menggunakan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) Cabai Adapun tujuan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan komoditas cabai di kabupaten Klungkung yaitu: (1) meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani cabai, dan (2) meningkatkan pengetahuan dan sikap petani terhadap teknologi PTT cabai.

Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi kawasan komoditas cabai yang ditetapkan tahun 2018 yaitu Subak Delod Bakas, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Tahapan pelaksanaan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Komoditas Cabai secara umum yaitu tahapan pelaksanaaan kegiatan pendampingan di lapangan dalam bentuk Demontrasi Plot (Demplot) seluas 30 are dan pelaksanaan Bimtek. Pengukuran produktivitas dan pendapatan diuhitung dengan cara mencatat hasil produksi dari panen awal sampai dengan panen akhir antara demplot teknologi PTT dan cara petani. Sedangkan pengukuran pengetahuan dan sikap petani diukur berdasarkan hasil penilaian sebelum melaksanakan bimtek dan sesudah melaksanakan bimtek.

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa produktivitas cabai di lahan demplot dengan Teknologi PTT menghasilkan sebesar 3.649 kg yang lebih besar dengan cara petani diluar demplot yaitu sebesar 2.045 kg. Sedangkan tingkat pendapatan dengan teknologi PTT menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 14.395.729,15 yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa teknologi PTT yaitu pendapatan sebesar Rp. 3.335.429,34. Sedangkan tingkat pengetahuan petani terhadap PTT Cabai meningkat dari kategori rendah dengan skor sebesar 1,61 menjadi kategori tinggi dengan nilai skor sebesar 2,55. Sedangkan sikap petani juga meningkat dari kategori ragu-ragu dari skor sebesar 2,02 menjadi kategori setuju dengan skor sebesar 2,58.