Info Teknologi

Analisis Usaha Pengolahan Jahe Menjadi Serbuk Jahe Instant

Jahe merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia. Oleh masyarakat indonesia jahe banyak dimanfaakan untuk bumbu dapur, obat dan campuran berbagai produk makanan/minuman lainnya. Salah satu produk yang bisa dibuat dari rimpang jahe adalah serbuk jahe instan. Serbuk jahe instan dapat dibuat dalam skala rumah tangga karena tehnik pembuatannya tidaklah begitu sulit. Tehnik dan cara pembuatan serbuk jahe instan oleh BPTP Bali telah dijelaskan pada artikel sebelumnya>>>

Secara ekonomis pengolahan jahe menjadi serbuk jahe instan dapat dihitung menggunakan analisis pendapatan usaha tani. Berikut analisis usaha pengolahan jahe menjadi serbuk jahe instan:

Analisis usaha tani pembuatan serbuk jahe instant

Untuk menghitung biaya dan pendapatan usahatani, salah satunya dapat dengan pendekatan nominal (nominal approach). Pendekatan nominal  tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu (time value of money) tetapi harga yang dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan penerimaan dalam suatu periode proses produksi. Dalam analisis ini dilakukan terhadap Titik Impas Harga (TIH) dan harga layak minimum di tingkat produsen.

Perhitungan analisis usaha pengolahan jahe menjadi serbuk jahe instan di KWT Dwi Tunggal Putri diketahui, untuk mengolah 2 kg jahe dalam sekali produksi memerlukan biaya sebesar Rp. 269,473 yang terdiri dari biaya bahan Rp.167.500, biaya tenaga kerja Rp.100.000 dan biaya penyusutan alat Rp.1.973. Setelah dihitung Titik Impas Harga (TIH) untuk sekali produksi sebesar adalah Rp.11.716,20 per kemasan (@150 gr). Sehingga untuk mendapatkan keuntungan KWT Dwi Tunggal Putri diharapkan menjual produknya diatas harga titik impas tersebut.

          Harga jual untuk serbuk jahe instan dikatakan layak adalah minimum 30 persen dari titik impas harga. Secara riil KWT Dwi Tunggal Putri menjual seharga Rp.20.000/kemasan, sehingga penerimaan yang didapat sebesar Rp.460.000, dengan keuntungan Rp.190.527 dan dari analisis kelayakan usaha diketahui R/C ratio 1,7 yang artinya kegiatan pengolahan serbuk jahe instan layak untuk dilanjutkan. Dapat disimpulkan pengolahan jahe menjadi serbuk jahe instant per 2 kg jahe dalam sekali proses produksi KWT Dwi Tunggal Putri memperoleh keuntungan sebesar  Rp. 190.527 (seratus sembilan puluh ribu lima ratus dua puluh tujuh rupiah).

Proses Pengolahan Jahe Menjadi Serbuk Instan

Jahe (Zingiber Officinale) merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang banyak ditemukan di Indonesia. Selain bisa dimanfaatkan sebagai rempah-rempah dan bumbu dapur diketahui memiliki banyak khasiat sebagai tanaman obat. Kandungan minyak atsiri dan senyawa-senyawa lainnya yang terkandung di rimpang jahe sangat baik untuk kesehatan dan mampu mengobati berbagai macam penyakit, Rimpang jahe dapat diolah menajdi minuman permen maupun serbuk jahe. Pembuatan serbuk jahe bertujuan untuk memperpanjang daya simpan dan agar lebih praktis untuk pengolahan selanjutnya.

Untuk membuat serbuk jahe bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana dan skala rumahtangga karena tidak begitu sulit untuk dipraktekkan. Tahun 2021 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali mendiseminasikan Inovasi teknologi pembuatan serbuk jahe ke ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Dwi Tunggal Putri, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Kegiatan pembuatan serbuk jahe ibu-ibu rumah tangga tersebut bertujuan untuk memberikan nilai tambah dari kegiatan pemanfaatan pekarangan rumah mereka. Berdasarkan analisis usahataninya kegiatan pembuatan serbuk jahe skala rumahtangga mampu memberikan keuntungan sebesar keuntungan Rp.190.527 untuk setiap 2 kg bahan baku jahe yang diolah. Adapun proses pembuatan serbuk jahe instan adalah sebagai berikut.

Proses pembuatan serbuk jahe instan

Bahan:

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan serbuk jahe instant adalah jahe 2 kg, gula pasir 4 kg, air 2 liter dan serai 6 batang.

Peralatan:

Peralatan yang digunakan adalah baskom, timbangan, pisau, kain saring, stoples plastik bening, wajan, kompor/tungku, blender, ayakan dan kemasan.

Proses Pembuatan:

  1. Jahe dicuci bersih dan potong kecil-kecil
  2. Blender jahe dan serai (ambil bagian putihnya saja) hingga halus
  3. Saring dan peras jahe yang telah diblender dan diamkan hasil perasan selama 30 menit agar pati jahe mengendap
  4. Pisahkan sari jahe dengan pati jahe dengan menuangkan kewadah lain
  5. Masak sari jahe dalam wajan dan tambahkan setengah bagian gula pasir
  6. Masak terus sambal diaduk-aduk dengan api sedang hingga seluruh gula larut dan cairan agak kental
  7. Masukkan sisa gula pasir, masak terus sampai kental dan berbusa, selama memasak terus diaduk
  8. Saat gula mulai mengkristal, matikan api dan aduk dengan cepat agar serbuk jahe tidak menggumpal
  9. Serbuk jahe yang menggumpal dapat dihancurkan dengan blender dan diayak
  10. Kemas serbuk jahe yang sudah dingin dalam wadah yang tertutup rapat.

Menyiapkan Pejantan Unggul Sapi Bali Dalam Balutan Tradisi

Pulau Bali menyimpan banyak kekayaan budaya dan tradisi. Kali ini kita coba membedah salah satu tradisi yang merupakan kearifan lokal masyarakat Desa Selulung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Pakraman Selulung yang diyakini sebagai salah satu Desa Bali Aga/Bali Mula yang terdapat di wilayah Kintamani Barat. Desa ini mempunyai tradisi yang unik, yaitu " tradisi Wadak" yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat.

“Wadak” merupakan sebutan untuk sapi Bali jantan yang dilepas liarkan setelah melalui upacara penyucian yang dikenal dengan nama upacara pengeléb. Kata wadak sendiri berasal dari bahasa kawi yaitu warak yang kemudian dalam bahasa Jawa diartikan menjadi badak. Badak ini dikaitkan dengan upacara Raja Homa yang menggunakan badak sebagi hewan kurban.

Upacara pengeleb dilakukan setiap Anggara (Selasa) Kliwon Wuku Julungwangi, Wuku Prangbakat, dan Wuku Dukut. Menurut perhitungan kalender Bali, hari Anggara Kliwon tersebut datangnya setiap enam bulan sekali, sehingga upacara pengeleb dapat dilakukan enam kali dalam setahun. Menurut cerita masyarakat Desa Selulung, sapi yang akan digunakan untuk upacara pengeléb tidak boleh sembarangan karena ada beberapa kriteria tertentu yang harus dipenuhi.

Kriteria sapi untuk pengeleb adalah sapi Bali jantan yang berusia 6 bulan – 1 tahun, tidak memiliki kelainan fisik maupun genetik (sebagai contoh albino, injin/melanism, sapi cundang, dan sapi panjut). Selain itu ciri lainnya adalah bulu sapi kecil tipis (masyarakat setempat menyebut bulu “geles”), usia enam bulan sampai satu tahun, berwarna merah bata serta tidak cacat fisik (pirung, peceng, perot).

Sebelum dilepasliarkan, ekor sapi akan ditarik dengan kuat secara beramai-ramai oleh sekeja teruna sampai sapi tersebut kelelahan. Setelah prosesi tersebut berakhir, sapi akan dilepas liarkan dan selanjutnya disebut dengan “wadak”. Prosesi penarikan sapi inilah yang menjadikan umumnya sapi wadak yang telah tumbuh dewasa memiliki ciri cacat berekor buntung atau adanya bekas luka di badannya.

Saat ini “Wadak” tidak hanya tersebar di Desa Pakraman Selulung tetapi juga ke desa-desa tetangga. “Wadak” yang liar ini secara alami mereka akan mendeteksi adanya betina yang birahi di wilayah desa tersebut. Kemudian “Wadak” akan mendatangi betina yang birahi tersebut dan terjadilah perkawinan secara alami.

Umumnya “Wadak” hidup berkelompok dan satu kelompok terdiri atas 2-7 wadak. Meskipun hidup liar, wadak-wadak ini tidak mengganggu penduduk. Keberadaan “Wadak” sangat dihormati dan disucikan. Masyarakat percaya “Wadak” yang makan di kebun mereka akan mendatangkan berkah berupa hasil panen yang meningkat di tahun berikutnya.

Karena sudah liar masyarakat tidak secara sengaja mencarikan pakan untuk “Wadak”. Mereka membiarkan “Wadak” mencari makan di sekitar kebun. Mereka hanya akan menghalau apabila wadak merusak kebun mereka. Mereka tidak berani membunuh atau menyakiti wadak karena dipercaya membunuh wadak akan mendatangkan bencana bagi yang bersangkutan. Bagi penduduk desa yang sengaja atau tidak telah membunuh wadak, diberi sanksi wajib melaksanakan upacara pengeléb untuk mengganti wadak yang telah dibunuh.

Dari cerita tentang “wadak” ini kita dapat simpulkan bahwa masyarakat Desa Selulung ini secara tidak langsung telah melakukan seleksi untuk menghasilkan sapi bali unggul melalui proses pelaksanaan upakara pengeleb. Dengan adanya “Wadak” Masyarakat juga memperoleh keuntungan karena tidak perlu mengeluarkan biaya kawin untuk sapi betina mereka yang sedang birahi. Keberadaan Wadak ini juga disinyalir mampu meningkatkan tingkat kebuntingan Sapi Betina di Bangli melebihi dari target yg ditetapkan dalam Program #UpsusSiwab-#Kementan, karena naluri mendeteksi betina birahi sangat akurat secara alami.

Dengan Tepung Indigofera Keuntungan Peternak Ayam Kampung Meningkat Hingga 37 Persen

Ternak ayam kampung bagi masyarakat perdesaan di Indonesia merupakan komoditi andalan strategis yang berpotensi dan berpeluang di masa depan, baik secara ekonomi maupun sosial. Pemeliharaan ayam lokal tidak tergantung pada musim seperti pada tanaman pangan, sehingga dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Pada budidaya ternak ayam secara intensif, pakan merupakan biaya terbesar yang dapat mencapai 70% dari biaya produksi. Oleh karena itu harga bahan baku pakan akan sangat menentukan terhadap biaya produksi.

Pakan yang umum diberikan, tepung jagung. Konsentrat dan dedak padi yang sewaktu-waktu harganya sangat tinggi sehingga kadang-kadang tidak terbeli. Sementara bahan baku lokal kebanyakan merupakan hasil ikutan dari agro industri, umumnya berkualitas rendah serta kandungan protein dan daya cernanya rendah.

Tanaman Indigofera Zollingeriana merupakan tanaman legum yang memiliki kandungan protein tinggi 25-31%, TDN minimal 70% dengan tingkat kecernaan bahan kering 75-78%. Tanaman ini juga dapat digunakan untuk pakan berbagai ternak, seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, kelinci dan unggas, sangat baik untuk meningkatkan produksi dan kualitas daging, telur dan susu, serta menghasilkan produk pangan hewani yang sehat karena rendah kolesterol dan kandungan vitamin lebih tinggi.

Tahun 2020 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali telah mengkaji introduksi tepung tanaman indigofera pada ransum ayam hasil persilangan ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) dengan ayam Sensi. Pengkajian dilakukan di kandang peternak yang merupakan petani plasma dari kegiatan Inti-plsma ayam KUB di Desa Jehem, Bangli. Jumlah ayam yang dipakai sample sebanyak 200 ekor. Adapun tujuan pengkajian ini adalah, untuk mendapatkan paket formula ransum ayam buras berbahan baku tanaman indigofera, menurunkan FCR sebesar 20% dan menurunkan biaya pakan sebesar 20%.

Dari hasil pengkajian diketahui pemberian pakan dengan ransum Konsentrat 21,5% + Jagung 36,5% + Dedak 31,5% + Tepung daun Indigofera 10% tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas daging maupun telur yang dihasilkan dan layak untuk dikembangkan karena dari perhitungan analisis usaha taninya memberikan keuntungan 37 % lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan tepung indigofera. Keuntungan ini diperoleh dari adanya penurunan biaya pakan (input) sebesar 17 % yang disubtitusi tepung indigofera.

Tehnik Penyambungan Benih Kopi Robusta Pada Fase Serdadu

Pemilihan bahan tanam unggul merupakan langkah penting dalam praktek budidaya kopi yang baik. Dalam pemilihan bahan tanam unggul perlu dipertimbangkan kesesuaian dengan lingkungan tempat penanaman agar dapat diperoleh mutu citarasa dan produktivitas yang maksimal Kopi Robusta  produksi dikembangbiakkan dengan cara vegetatif berupa stek batang autotrop maupun maupun plagitrop dengan cara disambung. Penyambungan untuk produksi pada umumnya di petani didahului dengan sambung pucuk/Topping yang dilakukan setelah tanaman.

 

Kopi Robusta yang mempunyai kesesuaian AEZ di dataran rendah dan sedang, secara teknis ditingkat lapang/lahan petani diarahkan memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

  • Penanaman kopi robusta sebaiknya dilakukan secara poliklonal 3-4 klon kopi robusta unggul karena kopi robusta umumnya menyerbuk silang.
  • Kombinasi klon-klon sesuai kondisi lingkungan yang spesifik.
  • Bibit yang dipergunakan sebaiknya menggunakan bibit klonal sambungan menggunakan batang bawah klon BP 308 yang tahan nematoda parasit dengan batang atas kombinasi klon-klon yang cocok pada lingkungan tertentu.

 

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan sambungan, yaitu ketegapan batang bawah, bahan entres, kebersihan sarana, waktu dan keterampilan tenaga penyambung. Penyambungan benih kopi robusta dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyambungan pada fase serdadu dan penyambungan pada fase benih/stek entres Berikut langkah-langkah/tehnik penyambungan benih kopi robusta fase serdadu: 

 

  1. Batang bawah dan batang atas menggunakan benih stadium serdadu atau kepelan.
  2. Penyambungan dilakukan menggunakan metode celah. Pada bagian atas dari batang bawah (+ 5 cm di leher akar) dibuat celah + 1 cm. Bagian bawah dari batang atas (+ 4 cm dari daun kepel) disayat miring pada kedua sisinya sehingga membentuk huruf V. Batang disisipkan pada celah yang telah dibuat pada batang bawah.
  3. Bagian kambium batang atas dan batang bawah harus bersatu. Setidaknya salah satu sisi dari bidang pertautan batang atas dan batang bawah harus diusahakan lurus.
  4. Penyambungan juga dapat dilakukan dengan cara menyayat miring baik batang atas maupun batang bawah pada salah satu sisinya kemudian dipertautkan.
  5. Pengikatan dilakukan menggunakan parafilm sedemikian hingga bagian sayatan tertutup rapat.
  6. Sebelum penanaman akar tunggang yang terlalu panjang ujungnya dipotong dengan gunting.
  7. Setelah penanaman dilakukan penyungkupan secara kolektif seperti pada praktek penyetekan kopi.
  8. Frekuensi penyiraman 1-2 hari sekali tergantung keadaan. Waktu penyiraman sebaiknya dilakukan pagi hari dengan cara membuka salah satu sisi sungkup dan ditutup kembali, sebaiknya penyiraman menggunakan knapsack sprayer.
  9. Dua minggu setelah penyambungan dilakukan pemeriksaan hasil sambungan. Sambungan jadi ditandai dengan tidak layunya benih sambungan.
  10. Setelah dua minggu dilakukan hardening (penjarangan) secara bertahap.
  11. Benih hasil sambungan yang telah mengalami hardening dilakukan pemeliharaan sampai dengan siap tanam seperti pada pemeliharaan benih pada umumnya.

 

Sumber : Kegiatan Perbenihan Kopi Robusta BPTP Bali Tahun 2020

 

Subcategories

Subcategories