Info Teknologi

Teknologi Perbanyakan Inang dan Parasitoid Telur

Gambar 1 Bagan perbanyakan inang

 Sumber: dok. delly, 2015.

Inang (kelompok telur penggerek batang padi kuning) dapat diperbanyak dengan cara mengumpulkan imago betina penggerek batang padi kuning dari lapang,  dibiakkan di rumah kasa menggunakan ember plastik ukuran tinggi 30 cm dan diameter 60 cm yang terisi tanaman padi segar untuk peletakkan telur-telurnya.

Untuk menjaga agar imagonya tidak keluar, tanaman disungkup dengan sungkup milar berbentuk silinder dengan ukuran tinggi 130 cm dan diameter 60 cm yang terbuat dari kain kasa dan disangga dengan bambu agar kurungan dapat berdiri tegak.  Pada dinding sungkup dipasang resleting sepanjang 20 cm yang dipergunakan untuk inokulasi imago dan pengambilan kelompok telur. Kelompok telur yang dihasilkan selanjutnya diambil dengan cara memotong daun padi tersebut dengan panjang kurang lebih 1 cm  yang digunakan untuk keperluan penelitian. Kegiatan seperti di atas dilakukan berulang-ulang. 

A  =  Pengambilan imago penggerek batang padi kuning di lapang

B  =  Perbanyakan di rumah kaca

C  =  Kelompok telur yang dihasilkan  dari rearing di rumah kaca

Perbanyakan parasitoid

Perbanyakan parasitoid dilakukan dengan mengambil kelompok-kelompok telur penggerek terparasit yang didapat dari pertanaman padi di lapangan. Telur-telur tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi (panjang 17 cm dan diameter 1,5 cm) lalu ditutup dengan kapas yang terbungkus kain kasa halus. Selanjutnya dipelihara hingga muncul parasitoid dewasa (Gambar 2).

Gambar 2

Bagan perbanyakan parasitoid

A = Kelompok telur penggerek batang padi kuning dari lapang; B = Pemeliharaan dalam tabung reaksi; C = Kelahiran parasitoid telur ; D = Jenis parasitoid yang diperoleh; E = Perbanyakan parasitoid telur pada kelompok telur yang belum terparasit; F = Hasil perbanyakan parasitoid

Sumber: dok. delly, 2015.

Parasitoid dewasa yang muncul tersebut di identifikasi dan diambil beberapa pasang, kemudian ditempatkan pada tabung reaksi lainnya yang sudah terisi kelompok telur penggerek batang padi (inang) yang belum terparasit untuk perbanyakan selanjutnya. Parasitoid tersebut diberi pakan berupa larutan madu 10% (madu:air=1:9) yang diserapkan pada segumpal kapas (cutton bud) dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara berulang-ulang.

Mengubah Feses Sapi Menjadi Pakan Ayam

Kehawatiran akan semakin merosotnya populasi sapi di Bali disebabkan antara lain karena banyaknya pemotongan sapi betina produktif, dan ini menunjukkan bahwa minat petani untuk memelihara sapi semakin menurun. Agar minat petani dalam membudidayakan sapi meningkat maka nilai keuntungan usaha tani sapi harus ditingkatkan, antara lain melalui pemanfaatan limbah sapi. Selama ini pemanfaatan feces ataupun urine sapi baru sebatas sebagai pupuk tanaman.

Feces sapi merupakan salah satu limbah yang amat potensial sebagai bahan pakan unggas alternatif. Pemanfaatan kotoran sapi untuk pakan unggas sudah banyak dicoba oleh para peneliti umumnya digunakan tanpa proses pengolahan sehingga penggunaannya pada ransum terbatas hanya 5 % saja. Agar feces sapi dapat digunakan untuk ternak unggas diatas level 5 % maka kandungan gizi feces perlu ditingkatkan melalui fermentasi dengan bioreaktor bakteri atau fungi.

Rata-rata sapi menghasilkan feces 5,5 % dari berat badannya sehingga sapi dengan berat badan 200 kg menghasilkan 11 kg per hari. Feces sapi potong dalam bentuk mentah mengandung protein sekitar 8,3 % sedangkan sapi perah 13,2 % perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan komposisi pakan disamping perbedaan jenis sapi. Untuk mendapatkan teknologi guna memanfaatkan limbah (kotoran) sapi sebagai bahan pakan, dan membantu peternak untuk memperoleh sumber pakan yang lebih murah, serta membuka peluang berkembangnya integrasi usaha peternakan sapi dengan ayam buras, dan unggas lain.

Hasil penelitian Peneliti di BPTP Bali yang dilakukan di Kelompok Tani ”Sato Nadi” di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku -  Kabupaten Bangli. pada bulan Januari s / d Desember 2014 dengan  Jenis ayam : Buras Super (petelur) diperoleh 4 (empat) kesimpulan yaitu:

  1. Penggunaan kotoran sapi olahan hingga 20 % dalam ransum ayam buras petelur tidak menyebabkan kemerosotan produksi telur . Kombinasi penggunaan probiotik dengan pengunaan kotoran sapi hingga 20 % dapat meningkatkan produksi meski tidak nyata.
  2. Penggunaan kotoran sapi hingga 20 % tidak menyebabkan turunnya  berat telur. Kombinasi penggunaan probiotik (Bio-L) menyebabkan meningkatnya berat telur, di pihak lain penggunaan probiotik cenderung mengurangi konsumsi pakan sehingga kombinasi penggunaan ransum berbahan kotoran sapi hingga 20% dengan pemberian probiotik menyebabkan turunnya FCR (lebih efisien)
  3. Penggunaan kotoran sapi olahan dalam ransum hingga 20% tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
  4. Penggunaan kotoran sapi hingga 20% dalam ransum ayam dikombinasikan dengan pemberian probiotik (P7) memberikan nilai keuntungan ekonomi tertinggi.

Sumber : Suprio Guntoro, dkk. (2014)

Pengendalian Diplodia Pada Jeruk

Diplodia merupakan salah satu penyakit paling berbahaya pada tanaman jeruk (Citrus sp). Penyakit ini dikenal 2 (dua) macam yaitu diplodia basah dan diplodia kering. Keduanya sama-sama disebabkan oleh jamur Botryodiplodia theobromae Pat.

Read more: Pengendalian Diplodia Pada Jeruk

Kelapa Genjah Solusi Alih Fungsi Lahan Perkebunan

Lambat laun alih fungsi akan berdampak buruk terhadap keberadaan pohon kelapa. Sudah banyak tanaman kelapa yang di tebang tanpa ada usaha penanaman kembali karena lahanya dipakai pemukiman padahal untuk tanaman kelapa terutama jenis kelapa dalam untuk dapat berproduksi memerlukan waktu bertahun-tahun.

Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna, batang, buah, daun, sampai bunga kelapa bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan masyarakat di Bali. Kelapa dimanfaatkan untuk pangan, sandang maupun sebagai sarana menjalankan adat istiadat bagi umat hindu.

Berdasarkan data BPS Bali tahun 2010 produksi kelapa di Bali mengalami penurunan dari 71.386 ton pada tahun 2010 menjadi 69.108 pada  tahun 2013. Karangasem sebagai Kabupaten dengan luas penanaman kelapa terbesar yaitu 17.920 hektar, diikuti oleh kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng.

Dilihat dari fisiologinya tanaman kelapa mampu tumbuh pada ketinggian 0-400 m dpl, dan mampu bertahan hidup pada curah hujan yang minim oleh karena itu sebagian besar kelapa di Bali terdapat di daerah pesisir.

Ke depan tanaman kelapa di Bali mempunyai ancaman yang cukup besar bukan ancaman dari dalam seperti hama penyakit, kesuburan tanah dan lainnya melainkan ancaman dari luar yaitu alih fungsi lahan dari lahan pertanian/perkebunan menjadi pemukiman.

Solusi untuk permasalahan kelapa di Bali adalah dengan mengembangkan kelapa genjah karena kelapa genjah merupakan jenis kelapa yang memiliki banyak keunggulan dan sangat cocok untuk daerah yang padat pemukiman penduduk.

Keungulan lainya adalah dapat berproduksi lebih cepat  yaitu 3-4 tahun sejak ditanam, mudah dipanen karena mempunyai batang yang lebih pendek. bisa dikomersialkan, bisa ditanam di kebun, pingir jalan atau di dalam pekarangan sekaligus sebagai hiasan, bibit mudah didapat. beberapa dari jenis kelapa genjah yang sudah ada di bali yaitu, kelapa gading, kelapa puyuh, kelapa bulan, dan kelapa salak.

Subcategories

Subcategories